Senin, 05 Juni 2023

MENYUSUR GORONG – GORONG LITERASI

 

Guru merupakan seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik. Guru juga mengabdikan diri untuk negeri agar peserta didik memahami ilmu pengetahuan yang diajarkannya, tidak hanya mengajarkan pendidikan formal, namun juga pendidikan non formal. Oleh karena itu guru merupakan sosok yang diteladani.

Selain itu, guru berperan sangat penting dalam kemajuan pendidikan di Indonesia, sebab guru merupakan bagian dari proses menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas secara ahlak maupun intelektualnya. Guru juga diharapkan memiliki keterampilan di salah satu bidang literasi, yang mana kita ketahui bersama bahwa guru merupakan motor pengerakan literasi sekolah. Contohnya seperti kemampuan menulis seorang guru berpengaruh terhadap keinginan siswa dalam berliterasi. Sehingga guru dapat dikatakan sebagai motor penggerak berjalannya literasi sekolah. Guru diharapkan mampu menciptakan karya literasi dengan tujuan agar mampu membimbing siswa berliterasi.

Kita ketahui bersama, literasi tidak dapat terpisahkan dari pendidikan kita. Seorang tenaga pendidik yaitu guru merupakan sosok yang diharapkan bisa menjadi motivator pendidikan bagi kemajuan literasi di negeri ini. Peran guru dalam kemajuan literasi sekolah adalah guru harus mampu membaca dan menulis. Melalui karya guru yang dituangkan dalam sebuah tulisan, siswa dapat belajar secara nyata dan meneladani langsung literasi guru mereka. Begitu pula tulisan guru-guru dapat bervariasi baik fiksi maupun non fiksi.

Namun impian terbesar yang diharapkan agar semua guru di negeri ini dapat menjadi motor penggerak literasi sekolah, hanyalah sebuah pengharapan yang masih jauh dari kenyataan. Tidak semua guru memiliki motivasi yang tinggi untuk berkarya dalam bidang literasi, terutama dengan tujuan memajukan literasi sekolah dan meningkatkan gairah literasi bagi peserta didiknya. Hal tersebut merupakan PR besar bagi kita semua. Bagi penggiat dan fasilitator literasi, saya sangat peduli akan hal itu. Mengingat kembali tujuan gerakan literasi sekolah yaitu untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Bagi sebagian guru mungkin berpikir bahwa literasi bukanlah hal yang dapat memberikan pengaruh yang besar bagi penunjang profesi mereka, namun secara tidak sadar, literasi dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan terutama memperluas wawasan dan pengetahuan mereka, membantu berpikir kritis dalam mengambil keputusan, membuat otak bekerja lebih optimal, dan mengasah kemampuan dalam menangkap dan memahami informasi dari bacaan. Sebagian dari mereka yang belum paham sepenuhnya akan literasi menganggap bahwa literasi merupakan hal yang membosankan, padahal apabila seseorang yang menulis beberapa kalimat di sosial media miliknya dengan upaya menyampaikan informasi kepada orang lain merupakan kegiatan literasi sederhana yang tidak lepas dari kebiasaan sehari – hari.

Dalam kondisi ini, dapat kita bandingkan secara sederhana guru yang tidak ingin meningkatkan kemampuan literasi dalam pribadinya, secara tidak langsung akan menolak dengan beberapa alasan. Secara tidak sadar, alam bawah sadarnya akan menjauhi segala sesuatu yang berkaitan dengan literasi, padahal literasi merupakan hal yang sangat dekat seorang pendidik. Tidak bisa dipungkiri, seorang pendidik harus bisa menyampaikan informasi dan wawasan yang ia miliki kepada peserta didiknya, artinya diperlukan wawasan yang luas agar peserta didik dapat memahami dan mencerna informasi yang disampaikan oleh guru mereka. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendasar tentang literasi, manfaat literasi dan tujuan berliterasi.

Siswa yang dididik, diajar dan dibimbing dengan guru literasi akan berbeda dengan siswa yang dididik dengan guru yang tidak kenal literasi. Guru literasi akan menularkan semangat literasinya kepada peserta didik, begitu pula keterampilan dan kemampuan literasinya akan membantu meningkatkan prestasi belajar peserta didiknya. Peserta didik akan dikenalkan dengan proses cinta literasi seperti, mereka akan berani berfikir kritis, bersemangat memperluas wawasan dengan rajin membaca dan mengakses pengetahuan dari berbagai sumber, sigap dalam mengambil keputusan, otak mereka akan bekerja lebih optimal, dan meningkatkan kemampuan mereka dalam menangkap dan memahami informasi dari bacaan.

Begitu indah dunia pendidikan Indonesia, apabila setiap guru mempunyai semangat literasi dalam diri mereka. Semangat yang ditularkan kepada peserta didik akan meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini. Bercermin pada kebiasaan bangsa Indonesia yang jauh dari kecintaan membaca, sehingga untuk meningkatkan keterampilan menulis bangsa kita juga memerlukan power yang utuh agar apa yang menjadi sebuah harapan tercapai. Mungkin kita mengenal karakter bangsa ini, salah satunya adalah jika ada rewards atau hadiah, baru lah mereka berbondong – bondong untuk mengikutinya. Salah satu contoh sederhana yang bisa kita lihat secara nyata adalah berbagai lomba di hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang diadakan setiap tahunnya.

Beranekaragam latar belakang panitia mengadakan berbagai macam perlombaan yang menarik perhatian masyarakat, seperti panjat pinang, balap karung, bola dangdut dan banyak lagi jenis perlombaan yang diadakan oleh panitia menyelenggara. Dari kondisi ini, kita dapat merenungkan satu hal yang mengelitik hati. Walaupun dengan beberapa resiko dari perlombaan yang ada namun antusias masyarakat untuk ikut serta luar biasa. Melihat hal tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwasannya motivasi masyarakat bangsa kita perlu disuntik dengan sesuatu yang menyenangkan bagi mereka.

Terkait penjabaran di atas, artinya di kalangan pendidik seperti guru dan kepala sekolah mungkin memiliki presepsi yang sama. Mungkin tidak semua dari mereka, namun sebagian dari karakter bangsa ini bisa kita jadikan renungan sesaat. Contoh lainnya, tidak melihat jauh – jauh, seperti peserta didik kita juga akan merasa bahagia apabila guru mereka memberikan hadiah istimewa atas capaian prestasi tertentu. Terdengar klise dan lucu memang. Namun inilah suatu strategi pembelajaran yang mungkin harus kita coba ke depannya.

Begitu banyak pelatihan baik secara online dan offline yang menjamur demi meningkatkan keterampilan dan kemampuan seseorang baik berbayar maupun gratis. Dalam konteks ini pelatihan meningkatkan kemampuan berliterasi, namun kembali lagi kepada motivasi masing – masing, banyak dari kalangan guru dan kepala sekolah yang sudah jelas terpilih mengikuti program literasi mundur ribuan langkah dari kegiatan yang sangat membantu meningkatkan keterampilan dan kemampuan mereka sebagai motor penggerak literasi sekolah. Nyatanya realita tidak semanis ekpektasi. Upaya dan usaha untuk mendorong mereka berpartisipasi dalam program pembudayaan literasi terus dilakukan seperti membangun bonding antar peserta pelatihan, memotivasi peserta untuk aktif dalam pelatihan dan lain sebagainya, bahkan memberikan rewards sederhana kepada peserta yang aktif dalam pelatihan. Begitulah usaha namun hasil kita serahkan pada Tuhan yang Maha Kuasa.

Segala keputusan dari peserta pelatihan, apakah mereka bersedia aktif ataupun tidak berkenan berpartisipasi dalam pelatihan ini kita kembalikan lagi kepada mereka. Selaku penggiat dan fasilitator literasi ingin melihat dari sudut pandang yang berbeda, terutama tugas yang begitu berat diemban oleh seorang guru dan kepala sekolah, seperti setumpuk administrasi yang harus diselesaikan, lembar penilaian siswa yang menunggu setiap saat, rencana pembelajaran yang harus disiapkan setiap hari, dan masih banyak lagi tugas – tugas yang sangat luar biasa harus dituntaskan dengan waktu sebaik-baiknya.

Terkadang situasi ini menyebabkan seorang guru dan kepala sekolah dilema. Mereka harus membagi kerja dan tugas, mana yang harus diutamakan dan diselesaikan terlebih dahulu. Sebagian guru yang memiliki mental baja dapat mengatasi kendala atau masalah ini. Namun sebagian guru lainnya memilih mundur dan mencari kursi aman agar tidak terlalu banyak beban yang menumpuk dalam pikiran. Mental mudah menyerah tersebutlah yang menjadi PR bagi kita semua. Harus ada upaya yang kuat agar mental ini tidak ditiru pada peserta didik kita, karena seorang guru merupakan sosok yang di gugu dan ditiru. Generasi muda harus mampu dan berani melawan tantangan yang lebih besar nantinya.

Nyatanya yang terjadi, kebiasaan – kebiasan yang tampak sederhana seperti peserta pelatihan program literasi tidak memberikan konfirmasi keikutsertaan secara aktif di pelatihan daring akan memberikan dambak negatif terhadap prilaku mereka sendiri. Hal tersebut mungkin akan terjadi pula pada peserta didik yang mereka bimbing di sekolah, sehingga menjadi suatu hal yang sudah biasa saja dan wajar dilakukan, padahal tujuan dari literasi adalah menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas secara ahlak maupun intelektualnya.

Potret ini mengajarkan suatu hal bahwa, perlunya dorongan kuat dari luar yang bisa membantu proses pelatihan ini agar terlaksana sesuai yang diinginkan. Pemerintah setempat dan panitia penyelenggara program literasi diharapkan dapat memberikan dorongan sepenuhnya terhadap pelatihan ini. Tidak hanya berupa penyuluhan, namun fasilitas atau rewards yang dapat memotivasi guru dan kepala sekolah seperti penghargaan duta sekolah literasi dengan kriteria tertentu atau hadiah bagi penulis terbaik, merupakan salah satu upaya pemerintah setempat dan panitia penyelenggara meningkatkan semangat seluruh peserta agar turut aktif mengikuti rangkaian pelatihan program literasi hingga selesai.

Strategi yang digunakan di atas juga dapat membantu guru dan kepala sekolah dalam kegiatan pemberdayaan literasi di sekolah – sekolah. Dengan adanya duta literasi sekolah dan hadiah penulis terbaik, diharapkan dapat lebih semangat berperan secara aktif sebagai motor penggerak literasi sekolah. Peserta didik juga dapat dilibatkan dalam setiap kegiatan literasi, sehingga segala bentuk penyuluhan, pelatihan dapat terlaksana secara merata dan maksimal. Apalagi berkontribusi bersama dengan FIM daerah dan pemerintah setempat. Sehingga apabila terdapat karya guru atau siswa yang sudah dibukukan, pemerintah setempat menyediakan wadah promosi terhadap karya tersebut dengan cara membuka stand – stand pada acara pameran besar daerah. Dengan demikian motivasi dari guru, kepala sekolah dan siswa menjadi meningkat.

Sebagai seorang fasilitator literasi, tantangan yang dihadapi ketika membersamai guru-guru dan kepala sekolah dengan latar belakang yang berbeda adalah berusaha memahami penolakan yang beranekaragam dan tetap tersenyum menerima satu persatu karya peserta pelatihan program literasi yang rata – rata isinya terlihat sama dengan permasalahan yang ada. Lirih hati melihat kondisi ini, nyatanya peserta didik pun akan meniru karakter dari guru mereka. Maka jangan salahkan mereka sepenuhnya. Lalu siapa yang salah? Bukan saatnya saling menyalahkan, mari kita benahi dan perbaiki diri bersama.

 Kondisi tersebut menjadikan sesuatu pembelajaran yang begitu berharga. Bercermin kepada potret pendidikan yang mana dulunya hanya diketahui lewat bacaan dan melihat sekitar, kini dapat lansung merasakannya. Dunia pendidikan kita masih jauh dari kata sempurna, begitu banyak PR yang perlu dibenahi, perubahan pada keputusan dan kurikulum menggambarkan sistem pendidkan kita belum sepenuhnya kuat. Karakter bangsa kita yang bisa dikatakan plin – plan dapat mewakili kondisi ini. Sedikit menggelitik hati, nyatanya bangsa kita seperti sudah melekat pada karakter acuh tak acuh yang sebenarnya berlahan membunuh ide dan gagasan cemerlang generasi ini. Cara kreatif mereka memandang dari sudut pandang yang berbeda telah dimatikan dengan segudang penolakan dan alasan yang membudaki mereka secara berlahan.

Hal sederhana yang saya pelajari selaku fasilitator literasi tahun ini adalah optimis dalam meningkatkan literasi di negeri, walau sulit setidaknya berani melihat dari sudut pandang yang berbeda, lakukan perubahan kecil walau masih sederhana. Karena orang yang beruntung adalah ia yang berhasil mengalahkan rasa malas dan berjuang lebih baik dari hari kemarin. Salam Literasi.

0 komentar: