Guru
merupakan seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu
ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi
kepada peserta didik. Guru juga mengabdikan diri untuk negeri agar peserta
didik memahami ilmu pengetahuan yang diajarkannya, tidak hanya mengajarkan
pendidikan formal, namun juga pendidikan non formal. Oleh karena itu guru
merupakan sosok yang diteladani.
Selain
itu, guru berperan sangat penting dalam kemajuan pendidikan di Indonesia, sebab
guru merupakan bagian dari proses menciptakan generasi penerus bangsa yang
berkualitas secara ahlak maupun intelektualnya. Guru juga diharapkan memiliki
keterampilan di salah satu bidang literasi, yang mana kita ketahui bersama bahwa
guru merupakan motor pengerakan literasi sekolah. Contohnya seperti kemampuan
menulis seorang guru berpengaruh terhadap keinginan siswa dalam berliterasi.
Sehingga guru dapat dikatakan sebagai motor penggerak berjalannya literasi
sekolah. Guru diharapkan mampu menciptakan karya literasi dengan tujuan agar
mampu membimbing siswa berliterasi.
Kita
ketahui bersama, literasi tidak dapat terpisahkan dari pendidikan kita. Seorang
tenaga pendidik yaitu guru merupakan sosok yang diharapkan bisa menjadi
motivator pendidikan bagi kemajuan literasi di negeri ini. Peran guru dalam
kemajuan literasi sekolah adalah guru harus mampu membaca dan menulis.
Melalui karya guru yang dituangkan dalam sebuah tulisan, siswa dapat belajar
secara nyata dan meneladani langsung literasi guru mereka. Begitu pula tulisan
guru-guru dapat bervariasi baik fiksi maupun non fiksi.
Namun
impian terbesar yang diharapkan agar semua guru di negeri ini dapat menjadi
motor penggerak literasi sekolah, hanyalah sebuah pengharapan yang masih jauh
dari kenyataan. Tidak semua guru memiliki motivasi yang tinggi untuk berkarya
dalam bidang literasi, terutama dengan tujuan memajukan literasi sekolah dan meningkatkan
gairah literasi bagi peserta didiknya. Hal tersebut merupakan PR besar bagi
kita semua. Bagi penggiat dan fasilitator literasi, saya sangat peduli akan hal
itu. Mengingat kembali tujuan gerakan literasi sekolah yaitu untuk
menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Bagi
sebagian guru mungkin berpikir bahwa literasi bukanlah hal yang dapat
memberikan pengaruh yang besar bagi penunjang profesi mereka, namun secara
tidak sadar, literasi dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan dan
keterampilan terutama memperluas wawasan dan pengetahuan mereka, membantu
berpikir kritis dalam mengambil keputusan, membuat otak bekerja lebih optimal,
dan mengasah kemampuan dalam menangkap dan memahami informasi dari bacaan.
Sebagian dari mereka yang belum paham sepenuhnya akan literasi menganggap bahwa
literasi merupakan hal yang membosankan, padahal apabila seseorang yang menulis
beberapa kalimat di sosial media miliknya dengan upaya menyampaikan informasi
kepada orang lain merupakan kegiatan literasi sederhana yang tidak lepas dari
kebiasaan sehari – hari.
Dalam
kondisi ini, dapat kita bandingkan secara sederhana guru yang tidak ingin
meningkatkan kemampuan literasi dalam pribadinya, secara tidak langsung akan
menolak dengan beberapa alasan. Secara tidak sadar, alam bawah sadarnya akan
menjauhi segala sesuatu yang berkaitan dengan literasi, padahal literasi
merupakan hal yang sangat dekat seorang pendidik. Tidak bisa dipungkiri,
seorang pendidik harus bisa menyampaikan informasi dan wawasan yang ia miliki
kepada peserta didiknya, artinya diperlukan wawasan yang luas agar peserta
didik dapat memahami dan mencerna informasi yang disampaikan oleh guru mereka.
Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendasar tentang literasi, manfaat literasi
dan tujuan berliterasi.
Siswa
yang dididik, diajar dan dibimbing dengan guru literasi akan berbeda dengan
siswa yang dididik dengan guru yang tidak kenal literasi. Guru literasi akan
menularkan semangat literasinya kepada peserta didik, begitu pula keterampilan
dan kemampuan literasinya akan membantu meningkatkan prestasi belajar peserta
didiknya. Peserta didik akan dikenalkan dengan proses cinta literasi seperti, mereka
akan berani berfikir kritis, bersemangat memperluas wawasan dengan rajin membaca
dan mengakses pengetahuan dari berbagai sumber, sigap dalam mengambil
keputusan, otak mereka akan bekerja lebih optimal, dan meningkatkan kemampuan
mereka dalam menangkap dan memahami informasi dari bacaan.
Begitu
indah dunia pendidikan Indonesia, apabila setiap guru mempunyai semangat
literasi dalam diri mereka. Semangat yang ditularkan kepada peserta didik akan
meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini. Bercermin pada kebiasaan bangsa
Indonesia yang jauh dari kecintaan membaca, sehingga untuk meningkatkan
keterampilan menulis bangsa kita juga memerlukan power yang utuh agar apa yang menjadi sebuah harapan tercapai.
Mungkin kita mengenal karakter bangsa ini, salah satunya adalah jika ada rewards atau hadiah, baru lah mereka
berbondong – bondong untuk mengikutinya. Salah satu contoh sederhana yang bisa
kita lihat secara nyata adalah berbagai lomba di hari ulang tahun kemerdekaan
Indonesia yang diadakan setiap tahunnya.
Beranekaragam
latar belakang panitia mengadakan berbagai macam perlombaan yang menarik
perhatian masyarakat, seperti panjat pinang, balap karung, bola dangdut dan
banyak lagi jenis perlombaan yang diadakan oleh panitia menyelenggara. Dari
kondisi ini, kita dapat merenungkan satu hal yang mengelitik hati. Walaupun
dengan beberapa resiko dari perlombaan yang ada namun antusias masyarakat untuk
ikut serta luar biasa. Melihat hal tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan
bahwasannya motivasi masyarakat bangsa kita perlu disuntik dengan sesuatu yang
menyenangkan bagi mereka.
Terkait
penjabaran di atas, artinya di kalangan pendidik seperti guru dan kepala
sekolah mungkin memiliki presepsi yang sama. Mungkin tidak semua dari mereka,
namun sebagian dari karakter bangsa ini bisa kita jadikan renungan sesaat.
Contoh lainnya, tidak melihat jauh – jauh, seperti peserta didik kita juga akan
merasa bahagia apabila guru mereka memberikan hadiah istimewa atas capaian
prestasi tertentu. Terdengar klise dan lucu memang. Namun inilah suatu strategi
pembelajaran yang mungkin harus kita coba ke depannya.
Begitu
banyak pelatihan baik secara online dan offline yang menjamur demi meningkatkan
keterampilan dan kemampuan seseorang baik berbayar maupun gratis. Dalam konteks
ini pelatihan meningkatkan kemampuan berliterasi, namun kembali lagi kepada
motivasi masing – masing, banyak dari kalangan guru dan kepala sekolah yang
sudah jelas terpilih mengikuti program literasi mundur ribuan langkah dari
kegiatan yang sangat membantu meningkatkan keterampilan dan kemampuan mereka
sebagai motor penggerak literasi sekolah. Nyatanya realita tidak semanis
ekpektasi. Upaya dan usaha untuk mendorong mereka berpartisipasi dalam program
pembudayaan literasi terus dilakukan seperti membangun bonding antar peserta pelatihan, memotivasi peserta untuk aktif
dalam pelatihan dan lain sebagainya, bahkan memberikan rewards sederhana kepada peserta yang aktif dalam pelatihan.
Begitulah usaha namun hasil kita serahkan pada Tuhan yang Maha Kuasa.
Segala
keputusan dari peserta pelatihan, apakah mereka bersedia aktif ataupun tidak
berkenan berpartisipasi dalam pelatihan ini kita kembalikan lagi kepada mereka.
Selaku penggiat dan fasilitator literasi ingin melihat dari sudut pandang yang
berbeda, terutama tugas yang begitu berat diemban oleh seorang guru dan kepala
sekolah, seperti setumpuk administrasi yang harus diselesaikan, lembar
penilaian siswa yang menunggu setiap saat, rencana pembelajaran yang harus
disiapkan setiap hari, dan masih banyak lagi tugas – tugas yang sangat luar
biasa harus dituntaskan dengan waktu sebaik-baiknya.
Terkadang
situasi ini menyebabkan seorang guru dan kepala sekolah dilema. Mereka harus
membagi kerja dan tugas, mana yang harus diutamakan dan diselesaikan terlebih
dahulu. Sebagian guru yang memiliki mental baja dapat mengatasi kendala atau
masalah ini. Namun sebagian guru lainnya memilih mundur dan mencari kursi aman
agar tidak terlalu banyak beban yang menumpuk dalam pikiran. Mental mudah
menyerah tersebutlah yang menjadi PR bagi kita semua. Harus ada upaya yang kuat
agar mental ini tidak ditiru pada peserta didik kita, karena seorang guru
merupakan sosok yang di gugu dan ditiru. Generasi muda harus mampu dan berani
melawan tantangan yang lebih besar nantinya.
Nyatanya
yang terjadi, kebiasaan – kebiasan yang tampak sederhana seperti peserta
pelatihan program literasi tidak memberikan konfirmasi keikutsertaan secara
aktif di pelatihan daring akan memberikan dambak negatif terhadap prilaku
mereka sendiri. Hal tersebut mungkin akan terjadi pula pada peserta didik yang
mereka bimbing di sekolah, sehingga menjadi suatu hal yang sudah biasa saja dan
wajar dilakukan, padahal tujuan dari literasi adalah menciptakan generasi
penerus bangsa yang berkualitas secara ahlak maupun intelektualnya.
Potret
ini mengajarkan suatu hal bahwa, perlunya dorongan kuat dari luar yang bisa
membantu proses pelatihan ini agar terlaksana sesuai yang diinginkan.
Pemerintah setempat dan panitia penyelenggara program literasi diharapkan dapat
memberikan dorongan sepenuhnya terhadap pelatihan ini. Tidak hanya berupa
penyuluhan, namun fasilitas atau rewards
yang dapat memotivasi guru dan kepala sekolah seperti penghargaan duta sekolah
literasi dengan kriteria tertentu atau hadiah bagi penulis terbaik, merupakan
salah satu upaya pemerintah setempat dan panitia penyelenggara meningkatkan
semangat seluruh peserta agar turut aktif mengikuti rangkaian pelatihan program
literasi hingga selesai.
Strategi
yang digunakan di atas juga dapat membantu guru dan kepala sekolah dalam
kegiatan pemberdayaan literasi di sekolah – sekolah. Dengan adanya duta
literasi sekolah dan hadiah penulis terbaik, diharapkan dapat lebih semangat
berperan secara aktif sebagai motor penggerak literasi sekolah. Peserta didik
juga dapat dilibatkan dalam setiap kegiatan literasi, sehingga segala bentuk
penyuluhan, pelatihan dapat terlaksana secara merata dan maksimal. Apalagi
berkontribusi bersama dengan FIM daerah dan pemerintah setempat. Sehingga
apabila terdapat karya guru atau siswa yang sudah dibukukan, pemerintah
setempat menyediakan wadah promosi terhadap karya tersebut dengan cara membuka
stand – stand pada acara pameran besar daerah. Dengan demikian motivasi dari
guru, kepala sekolah dan siswa menjadi meningkat.
Sebagai
seorang fasilitator literasi, tantangan yang dihadapi ketika membersamai
guru-guru dan kepala sekolah dengan latar belakang yang berbeda adalah berusaha
memahami penolakan yang beranekaragam dan tetap tersenyum menerima satu persatu
karya peserta pelatihan program literasi yang rata – rata isinya terlihat sama
dengan permasalahan yang ada. Lirih hati melihat kondisi ini, nyatanya peserta
didik pun akan meniru karakter dari guru mereka. Maka jangan salahkan mereka
sepenuhnya. Lalu siapa yang salah? Bukan saatnya saling menyalahkan, mari kita
benahi dan perbaiki diri bersama.
Kondisi tersebut menjadikan sesuatu
pembelajaran yang begitu berharga. Bercermin kepada potret pendidikan yang mana
dulunya hanya diketahui lewat bacaan dan melihat sekitar, kini dapat lansung
merasakannya. Dunia pendidikan kita masih jauh dari kata sempurna, begitu
banyak PR yang perlu dibenahi, perubahan pada keputusan dan kurikulum
menggambarkan sistem pendidkan kita belum sepenuhnya kuat. Karakter bangsa kita
yang bisa dikatakan plin – plan dapat mewakili kondisi ini. Sedikit menggelitik
hati, nyatanya bangsa kita seperti sudah melekat pada karakter acuh tak acuh yang
sebenarnya berlahan membunuh ide dan gagasan cemerlang generasi ini. Cara
kreatif mereka memandang dari sudut pandang yang berbeda telah dimatikan dengan
segudang penolakan dan alasan yang membudaki mereka secara berlahan.
Hal
sederhana yang saya pelajari selaku fasilitator literasi tahun ini adalah optimis
dalam meningkatkan literasi di negeri, walau sulit setidaknya berani melihat
dari sudut pandang yang berbeda, lakukan perubahan kecil walau masih sederhana.
Karena orang yang beruntung adalah ia yang berhasil mengalahkan rasa malas dan
berjuang lebih baik dari hari kemarin. Salam Literasi.